Agustus/2010
Papa Fariz & Ayya aka Mas Boedoet
Web Blog: http://papafariz.blogspot.com
Beberapa waktu lalu, MUI meralat fatwa tentang arah kiblat. Sebelumnya ditetapkan, dan sesuai dengan pengetahuan umum saat ini, bahwa arah kiblat adalah ke arah barat. Namun kini MUI merevisi menjadi ke arah barat laut, dengan alasan Indonesia tidak persis berada di sebelah timur Ka'bah, melainkan agak condong ke selatan. Sehingga arah kiblat yang benar adalah arah Barat laut. Sempat ada kehebohan apakah harus mengubah arah masjid. Syukur, selanjutnya MUI menyarankan hanyalah mengubah arah shaf saja tanpa perlu membongkar masjid. Lalu disarankan pada jam tertentu di tanggal 16 Juli 2010 lalu, untuk mencocokkan arah kiblat karena pada saat itu matahari tepat berada di atas Ka'bah.
Tepatkah pengertian barat laut yang dimaksud MUI? Untuk hal yang ini saya rasa terlalu general dan bias. Namun kalau untuk saran agar mencocokkan di waktu tertentu pada tanggal 16 Juli 2010, adalah hal yang tepat. Mengapa saya sebut terlalu bias dan general? Kalau cuma menyebut arah barat saja, tanpa perlu ada koordinat arah tertentu, hal ini tidak menjadi masalah. Misalnya, saat saya mengajarkan ke Paiz kecil bahwa Matahari terbit di sebelah timur dan tenggelam di sebelah barat. Namun kini dalam penentuan Ka'bah, yang memerlukan derajat kecondongan tertentu, apakah cukup hanya disebutkan arah barat laut saja? Sebenarnya apakah definisi barat laut itu? Arah barat laut yang kapan? Apakah kita akan memakai definisi general bahwa tempat terbitnya matahari adalah selalu di arah timur?
Taukah anda, kalau kita memakai patokan arah terbit matahari semata untuk sesuatu yang memerlukan derajat kemiringan tertentu, hal itu amatlah tidak tepat. Kita semua tau bahwa Bumi dibuat oleh Allah SWT untuk berotasi pada sumbunya dengan kemiringan 23,5 derajat. Ini mahakarya yang sempurna, sehingga belahan bumi utara dan belahan bumi selatan memiliki 4 musim. Coba kalau bumi berotasi tegak lurus, tentu gak ada yang namanya 4 musim itu. Karena kecondongan 23,5 derajat ini, Matahari seakan-akan berjalan dari garis edar khayal di antara garis balik utara 23,5 Lintang Utara ke garis balik selatan 23,5 derajat Lintang Selatan, dan demikian pula sebaliknya.
Pada tanggal 22 Maret dan 23 September, Matahari tepat berada di atas garis Khatulistiwa, dan pada saat itu panjang malam hari dan panjang siang hari di muka bumi adalah sama persisnya. 22 Maret disebut Veernal Equinox day atau hari ekuinoks musim semi, sedangkan 23 September disebut Autumn Equinoks day. Pada tanggal 21 Juni, Matahari tepat berada di garis balik utara 23,5 derajat, dan pada hari itu belahan bumi utara mengalami siang yang paling panjang dan malam yang paling pendek. Hari inilah titik awal dimulainya musim panas di belahan bumi utara (alias titik akhir musim semi). Yang terjadi di belahan bumi selatan adalah sebaliknya, yakni 21 Juni adalah titik awal musim dingin. Sebaliknya, pada tanggal 22 Desember, Matahari tepat berada di garis balik selatan 23,5 derajat, sehingga pada hari itu, belahan bumi utara mengalami awal musim dingin dan mengalami malam yang terpanjang. Belahan bumi utara selalu menjadi patokan, karena di sana populasinya dan negara yang eksis lebih penting dan banyak.
Karena matahari sepanjang tahun bergerak hilir mudik di antara garis balik utara 23,5 derajat LU dan garis balik selatan 23,5 derajat LS, maka titik awal Matahari terbit setiap hari tidaklah akan sama, melainkan bergeser sedikit demi sedikit. Cobalah bandingkan titik terbit Matahari pada 21 Juni dan 22 Desember, pasti akan sangat berbeda dan saling berlawanan. Pada tanggal 21 Juni, titik awal terbut Matahari akan lintasannya akan berada agak di utara, namun sebaliknya pada tanggal 22 Desember, titik awal dan lintasan edar Matahari akan berada agak di selatan. Sehingga bayangan kita pada pagi hari tanggal 21 Juni, tidak pas ke arah barat, melainkan akan melenceng ke selatan ke arah barat daya. Demikian pula saat tanggal 22 Desember, bayangan kita akan agak melenceng ke utara ke arah barat laut. Kalau titik awal terbit Matahari alias awal timur adalah selalu berubah-ubah, apakah untuk suatu arah yang memerlukan spesifik kecondongan, maka kita bisa dengan mudah menyebutkan arah secara general barat laut, sedangkan titik awalnya saja tidak sama? Seharusnya titik awalnya disamakan, yakni pada tanggal berapa, untuk menentukan arah barat laut yang mana.
Hal seperti ini memang tidak banyak terpikir oleh orang kebanyakan. Kita pun gak ingin berpikir terlalu njlimet. Pokoknya barat ya barat yah, he he. Tentulah kalau di lembaran fatwa dimasukkan arah barat laut pada saat tanggal sekian bla bla bla, maka akan jadi ribet dan mungkin orang ada yang gak ngerti dan menimbulkan kontroversi baru. Kalau mau tepat cari arah Ka'bah, ya pakai aja Kompas, Gitu Aja Kok Repot yah, ha ha. Ataukah cocokkan pada waktu tertentu di saat Matahari benar-benar berada di atas Ka'bah. Untuk arah mata angin, barat, timur dsb, yang lebih tepat adalah memakai Kompas Magnet. Allah SWT sudah demikian sempurna menciptakan bumi, sehingga Dia pun menyediakan bagaimana caranya untuk menentukan arah Utara dan Selatan. Bumi memang terlalu sempurna, dan kalau kita mau mengkaji, kita akan menemukan banyak tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Dari magnet dan kemiringan 23,5 derajat saja seharusnya kita sudah bisa menghayati dan merenungkannya.
Demikianlah tentang arah yang banyak orang tidak tau bahwa patokan arah matahari terbit sebagai arah timur, kalau mau detil, sesungguhnya berubah-ubah. Kalau gak percaya, andaikan anda berkantor di gedung tinggi, tentulah anda akan merasakan arah pergeseran titik terbit Matahari. Di kantor saya, yang ada di lantai 43, dibandingkan saat saya masuk pertama kali pada bulan Februari 2010, titik awal terbit Matahari sudah bergeser ke arah utara. Di kantor Singapore pun, dulu kami merasakan pergeseran arah sinar matahari. Saat bulan Juni, sinar matahari mencorong langsung ke jendela kantor, sehingga terasa sangat panas, namun pada bulan Desember, Matahari ada di sisi berlawanan dari gedung, sehingga kantor kami tidak kena sinar Matahari langsung.
Semoga tulisan di atas bisa menambah pengetahuan sedikit kita tentang arah. Alangkah baiknya kalau ada yang menginformasikan hal ini ke MUI, sehingga MUI tidak mengambil secara general bahwa arah kiblat adalah arah barat laut, sedangkan arah kiblat adalah spesifik dengan derajat kemiringan dan koordinat tertentu. Kalau memang arah Barat laut, lalu Arah Barat Laut yang mana dan yang kapan? Ataukah memang agak-agak sudah cukup, karena kemanapun kita menghadapkan wajah kita di situlah Allah SWT berada? Gimana enaknya yah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar